Showing posts with label Pendaki. Show all posts
Showing posts with label Pendaki. Show all posts

Friday, December 9, 2011

kehilangan ciremai 2

perjalanan pun kami lakukan dengan penuh percaya diri. dengan harapan, matahari terbenam dan matahari terbit bisa kami raih di atas puncak tertinggi di jawa barat. merupakan sebuah impian yang sudah lama kami nantikan untuk mendapatkan pesona puncak ciremai.
       banyak sekali pos yang kami lewati. dari kuburan kuda,dll. *sorry eung, ngaran-ngaranna poho deui. wkwkwk. setelah membaca tentang mitos gunung ciremai. ada mitos tentang lebah hitam yang selalu menemani setiap pendaki. dan saya menjadi salah satu orang yang ditemani terus dari awal pendakian hingga akhir pendakian. saya pikir, saya diganggu olehnya. namun, lebah adalah salah satu hewan yang dilindungi oleh Al-Quran (maksudnya hewan-hewan yang tidak diperbolehkan untuk dibunuh seenaknya). otomatis, ketika lebah itu mendekati saya, sikap saya hanya diam saja. *namun, yang masih membuat saya bingung hingga sekarang. mitos tentang lebah itu enggak jelas maksud dan maknanya.
       meter demi meter kami tempuh. rasa lelah pun semakin terasa, hawa dingin menusuk ubun-ubun kepala dan dampal kaki, tak terasa sudah waktu dzuhur. seharusnya jumatan yang kami lakukan, namun dengan kondisi dan syarat sah jumatan yang tidak kami penuhi *salah satunya bermukim maka kami pun melakukan shalat dzuhur berjamaah sembari mempersiapkan makan siang yang sudah dinantikan.
       perjalanan dan medan yang sangat luar biasa, menjadi tantangan bagi kami semua. sebenarnya medan yang kami tempuh itu ibarat masalah-masalah dalam kehidupan. biasanya, masalah pendaki-pendaki amatir adalah kelelahan di tengah jalan, yang membuat keyakinan dan kepercayaan dirinya menurun, sehingga membuat bersitan dalam hati 'saya enggak mungkin nyampe puncak nih'. padahal itu belum dia coba. apabila dikorelasikan dalam kehidupan, masalah itu harus kita jadikan sebuah tantangan, dan tangtangan merupakan sebuah kesempatan.
        sudah berjalan hampir seharian, puncak masih tak nampak, langit semakin senja, suhu udara semakin dingin, suara-suara hewan semakin terdengar, jarak jalan setiap orang semakin jauh, shalat ashar pun belum kami lakukan, perut semakin terasa lapar, akhirnya kami putuskan untuk berkemah. karena tidak memungkinkan juga untuk melanjutkan perjalanan malam hari. alasannya : pertama kita tidak tahu medan apa yang akan kami tempuh, kedua setelah dilihat sekilas batu-batu terjal merupakan medan selanjutnya, dan medan tersebut tidak bisa/sulit ditempuh pada malam hari, kalo pun ditempuh hanya beresiko bagi kami, ketiga kami belum shalat ashar, keempat kami semua lelah, dan kami butuh istirahat.
         jarak kami berkemah dengan puncak, adalah dua-tiga jam perjalanan. bukan karena jaraknya yang jauh, namun medan yang ditempuh sangat luar biasa. bebatuan besar menjadi tantangan tersendiri bagi kami, debu pasir yang mengahalangi pandangan dan pernafasan menghiasi perjalanan kami. ketika itu sedang musim kemarau, curah hujan rendah, sehingga jalan yang ditempuh pun tidak licin, dan tidak berair. kami berkemah pada lingkup tebing, untuk menghindari angin besar.
         malam hari yang sangat luar biasa, teman saya terkapar lemas tubuhnya, suhu tubuhnya meningkat, hidungnya berisik, tertidur di ujung tenda. alhamdulillah kondisi kesehatan saya baik, namun kaki saya tidak terasa, *bahasa sundanya baal, badan menggigil, tak kuasa menahan dingin, padahal ketika itu tidak turun hujan. mungkin, inilah kondisi suhu rendah dalam kondisi kering. luar biasa..
         keesokan harinya, adzan shubuh memang tidak terdengar, ciri-ciri fajar mulai nampak, bukan dengan terbitnya matahari. jam menjadi acuan shalat shubuh ketika itu, berwudhu menggunakan tisue jauh lebih baik daripada bertayamum menggunakan tanah. api unggun mulai dibuat, sebagai syarat kehangatan dan membakar sampah-sampah plastik. persiapan pendakian menuju puncak pun kami lakukan, dari mulai makan pagi, hingga membenahai tenda, ransel, dan diri.
         jam 08.00 menjadi waktu acuan kami, untuk berangkat menuju puncak. cuaca sangat baik, matahari tak tertutup awan, terik menyinari para pendaki. sebelumnya, banyak pendaki yang berangkat menuju puncak dari dini hari (03.00/04.00) *mungkin mereka ingin menyaksikan matahari terbit diatas puncak.
       pendakian dibagi atas dua team, team pendahulu dan team belakang. team pendahulu : saya dan izzudin, mengambil jalur yang biasa dilalui oleh para pendaki. team belakang, menggunakan jalur yang tidak biasa, jalur yang mereka tempuh sangat curam, terjal, bebatuan yang besar-besar, dan syarat akan resiko tinggi. team pendahulu pertama kali sampai di puncak, pertama kali yang saya katakan adalah 'Allahu Akbar', sungguh pemandangan yang luar biasa, seperti lautan awan yang mengitari puncak ciremai, terlihat kawah aktif ciremai yang sedang tertidur.
foto diatas puncak :
foto kawah :
tampak salah satu gunung di jawa tengah dari puncak ciremai :
       terdiam menikmati pemandangan, kekurangan air minum membuat kering tenggorokan, panas dan debu bercampur asa di puncak gunung ciremai, sembari menunggu team belakang. hati terasa kosong, kegembiraan, dan kepuasan tak terlalu membuat hati ini terisi. entah kenapa, hati ini merasa kehilangan. kehilangan sensasi puncak yang pernah dialami pada pendakian sebelumnya. dicoba digali dalam-dalam, 'ada apa ini?? mengapa hati saya tidak terlalu bahagia??'
       apakah kebahagiaan itu akan diraih dengan harta? apakah kebahagiaan akan diraih dengan tujuan yang berhasil kita capai? apakah kebahagiaan itu datang dari dalam diri sendiri? apakah kebahagiaan itu datang dari teman sejawat? ternyata TIDAK. kebahagiaan itu datang dari Allah, yang mengisi cahaya hati setiap hambanya. dan datang karena kemurnian, ketulusan, dan ketwakalan kepada Allah SWT. dalam istilah aa gym, disebut 'hati yang tenang (mutmainnatulqulub)'.
     wahai saudara ku, pelajarih gunung sebagai pelajaran kehidupan mu. tak perlu terburu-buru dalam mempelajari gunung. pelajarilah perlahan-lahan, suatu saat nanti, mental baja yang tak pernah putus asa, selalu optimis melihat masa depan, menjadikan kehidupan sebagai tantangan dan kesempatan. untuk meraih kesuksesan dunia akhirat.

Monday, December 5, 2011

kehilangan ciremai 1

sebuah perjalanan yang kami (Kukuh, Sandy, ryan, izzudin, mufti, dan Hilman Nuha) lakukan menuju gunung Ciremai. gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. berada di daerah cirebon. terbentang dari majalengka hingga kuningan.
kami semua bernama RAMAPALA (Remaja Masjid Penjelajah Alam Raya), sudah jelas kami bukan PA (Pecinta Alam) dikarenakan kurang memiliki rasa cinta terhadap alam, selain itu setiap pendakian kurang memperdulikan alam sekitar.
semoga kedepan nanti kita RAMAPALA bisa memulai untuk mencintai alam sekitar dan menjaga alam sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta, amin.
rencana awal pendakian ciremai, dilakukan selama 3 hari dua malam. menurut saya, hal tersebut ideal.saya pun mencoba untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, dari fisik, perlengkapan, dan persediaan makanan. (bagi yang ingin mengetahui persiapan yang saya lakukan klik disini).
         pendakian kami ke gunung ciremay, kalo tidak salah dilaksanakan pada tanggal 3 syawal. biasanya, pada tanggal segitu, semua orang muslim masih menikmati masa-masa ketupat, atau sedang masa-masanya silaturahim ke keluarganya (mudik), kayaknya g ada yang melakukan perjalanan bersama teman-temannya atau pun melakukan liburan bersama teman-temannya. dipikir-pikir, saya aneh juga melakukan perjalanan tersebut, namun kesempatan pendakian ini merupakan kesempatan yang langka.

Alhamdulillah, walaupun pendakian kali ini dilakukan dalam waktu yang tidak lumrah. Izin orang tua meyertai pendakian ini. Sehingga, harapan keselamatan diri dan rekan-rekan pun diiringi dengan doa orang tua. PERINGATAN KERAS! Jangan melakukan pendakian tanpa izin orang tua!
         1 September 2011, pukul 15.00. semua personil Ramapala berkumpul di rumah Sandi. Kami semua berkumpul disana, terkecuali kukuh yang sudah menuggu kami di Cirebon. Pukul 16.00 kami berangkat menuju terminal Cicaheum. Kami melakukan perjalanan malam menuju Cirebon. Ada sesuatu hal yang menarik dalam perjalanan menuju di Cirebon, ketika salah seorang dari kami buang air kecil di salah satu terminal di daerah Bandung. Sekitar pukul 16.45, teman saya sedang buang air kecil di toilet umum, sedang asyik-asyiknya buang air kecil, terdengar seperti suara orang yang sedang bersetubuh. Yang anehnya, mereka bersetubuh di toilet umum di bulan sehabis syawal. Kayaknya tu orang engga beradab banget, karena bersetubuh di wc. Sekalipun pasangan suami istri, setidaknya lakukan hal tersebut di tempat yang lebih pantas. Apabila bukan pasangan suami istri, jangan melakukan hal tersebut, itu zina dan zina itu dosa. Kalo pun tidak kuat lakukanlah shaum, karena shaum akan menjaga hawa nafsu kita. Semoga menjadi pelajaran.
       Pukul 23.00, kami sampai di kota cirebon. Kota yang tidak pernah saya mengerti dari bahasanya (mayoritas berbahasa Jawa), dan keadaan kotanya. Wajar saja saya tidak mengerti keadaan kotanya, karena ketika itu pada malam hari. Pukul 03.00, kami sampai di pos Linggar jati. Dalam benak saya, linggar jati merupakan tempat di daerah hutan dan kondisinya tidak diperhatikan. Namun itu salah, linggar jati berada pada lingkup perumahan penduduk dan kondisi tempatnya sangat diperhatikan. Bangunan gaya Belanda menjadi ciri khas, keberadaan linggar jati.
           Dari pos linggar jati hingga pos pertama cikuray, ditempuh dalam waktu 2 jam. Perjalanan malam yang tipis akan oksogen, membuat perjalanan saya sedikit lamban. Rasakan saja sendiri, bagaimana rasanya perjalanan malam yang gelap, mudah lelah, dan angin yang menusuk pada tulang-tulang.
        Sesampainya di pos pertama, kami mendirikan tenda untuk berisitirahat sejenak sembari mempersiapkan stamina untuk melakukan pendakian ke puncak gunung ciremai. Kebanyakan dari kami memilih tidur. Kalo saya, lebih memilih membuat api unggun untuk membuat diri menjadi lebih hangat. Sebenarnya, di kawasan ciremai dilarang membuat api unggun. Karena berpotensi kebakaran hutan. Cukup sering juga, gunung ciremai mengalami kebakaran hutan. Walaupun kebakaran yang terjadi tidak menyebabkan hancurnya hutan. Namun hal tersebut, merugikan satwa-satwa yang mendiaminya.
       Pukul 08.00, kami siap untuk melakukan pendakian menuju puncak gunung ciremai. Target kami semua setiap melakukan camping atau pendakian adalah menuju puncak gunung. Karena salah satu motivasi kami adalah menaklukan gunung dengan berada pada puncak gunung. Padahal esensi dari pendakian adalah menikmati alam yang disajikan oleh Sang Maha Pencipta. Oleh karena itu, ketika pendakian Ciremay, saya sepakat untuk mencoba menikmati keindahan panorama Ciremai.
saya menggunakan baju hijau, yang sedang menutup telinga. saya menutup telinga karena ada lebah hitam yang terus mendekati saya. entah lebah itu ingin apa terhadap saya. mungkin saja, saya itu manis yang lebih manis dari madu, hehe.
bersambung...

Friday, November 25, 2011

pejuang cikuray

sudah lupa kapan saya berangkat ke cikuray, namun pastinya ada sebuah pengalaman unik yang pernah kami (Izzudin, Ryan Noer, Kukuh, Hilman Nuha) alami ketika dalam perjalanan. awal kumpul di depan rumah saya (Hilman Nuha), setiap perangkat yang dibawa semuanya dipastikan kembali. karena tidak mau ada barang penting yang tidak kami bawa. kami semua berangkat menggunakan sepeda motor menuju stasiun Cimahi, dari stasiun kereta Cimahi menggunakan KRD (Kereta R... D...,*pokoknya kelas ekonomi yang murah, tentang singkatannya saya juga kurang tau).
(photo di dalam kereta)

Sesampainya di stasiun terakhir dari KRD yaitu stasiun Cicalengka, kami melanjutkan perjalanan menuju terminal di Garut (kalo g salah terminal Guntur namanya tu). Perjalanan menuju terminal tersebut, kami tempuh menggunakan elf. Dan Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar, sampai di terminal Guntur sekitar pukul 11.00 WIB, karena hari tersebut adalah hari jumat, sehingga kami mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat jum’at di mesjid setempat.
Matahari yang terik, suasana terminal yang gaduh kan lalu lalang kendaraan, suara calo yang terkadang membuat kesal, membuat kami semua lelah dan lapar. Memang perjalanan yang kami lakukan tidak terlalu banyak mengeluarkan energi, namun kondisi elf yang menggila dengan kemudinya, belum lagi muatan penumpang yang melebihi batas normal, melewati jalan yang tidak biasanya, jauh lebih berkelok-kelok dan jalannya jelek, mampu membuat kami berpikir dua kali untuk menaiki kendaraan tersebut.
Waktu menuju shalat jumat, masih 30 menit lagi. Cukup bagi kami untuk mengisi perut terlebih dahulu, sebelum melakukan pendakian. Sebagian dari kami membawa bekal makan siang, dan sebagian lainnya tidak membawa bakal makan siang. Enggak mungkin juga yang enggak bawa mau minta ke yang bawa atau enggak makan juga, otomatis yang enggak bawa bekal memutuskan untuk mencari warung makan setempat yang terlihat murah namun sesuai selera. Ternyata, pembelian makanan di warung tersebut berpengaruh terhadap kehidupan kami.
Jam 12.45 seusai shalat jumat dan persiapan pendakian, perjalanan dilanjutkan menggunakan angkot untuk menuju patrol cikuray. Kami tidak memperdebatkan masalah angkot yang akan kami gunakan, karena emang diantara kami semua tidak tahu banyak angkot apa yang akan kami gunakan. kalo kalian biasa berada di terminal, pasti kalian kenal yang namanya calo. saya ingatkan sekarang, jangan pernah percaya dengan calo, selain akan musyrik juga mereka itu terkadang tidak mementingkan calon penumpang, yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya saya punya banyak uang.
sebuah kejadian yang tidak akan pernah kami semua lupakan, sebuah kejadian yang memiliki akibat sangat luar biasa di hari-hari berikutnya. semuanya berawal dari angkot yang berwarna kuning, dengan supir labil (karena masih muda, lebih muda dari kami semua kayaknya tuh), dan calo-calo yang berisik banget. kami dengan santai dan enjoy, menaiki kendaraan tersebut, sanking santainya kami pun mengambil photo di dalam angkot, salah satu photonya :
 seperti biasa, ketika berada di dalam angkot, yaitu mengobrol dan bercanda tawa riang. kami semua tidak sadar kalau kami semua ternyata menggunakan angkot yang salah. walaupun kami semua menggunakan angkot yang salah. kalo g salah angkot tersebut menuju ke cikajang, padahal kita tu bukan mau ke cikajang.
perjalanan panjang yang kami tempuh di dalam angkot, sungguh sangat menyita waktu kami semua, selain menyita waktu, juga menyita uang dan tenaga. kejadian tersebut membuat kami rugi sekitar lebih dari 40.000. sekitar sore hari, kami sampai patrol, adri patrol menuju pemancar ditempuh sekitar 1-2 jam, tergantung jalan yang kita gunakan.
perjalanan dan pendakian sebenarnya tidak terjadi sore itu, namun semuanya berawal di keesokan harinya. saya merasa pendakian kali ini, pendakian yang harus memiliki hikmah. jika pendakian kali ini tidak mendapatkan hikmah dan pembelajaran, maka saya termasuk orang-orang yang merugi.
seperti biasa, malamnya kami mendirikan tenda di daerah pemancar. karena keesokan harinya kami semua akan melakukan pendakian menuju puncak cikuray. satu hal yang membedakan gunung cikuray dengan gunung-gunung lainnya, yaitu gunung cikuray adalah satu-satunya gunung yang tidak ada pernjagaannya. padahal gunung cikuray merupakan gunung tertinggi di daerah Garut. sehingga, apabila anda atau para pendaki lainnya tersesat ataupun hilang di dalam hutan, sudah dapat dipastikan tidak akan ada orang yang mencari anda.
keesokan harinya, cuaca tidak terlampau dingin dan tidak terjadi hujan juga. namun cuaca cukup bagus ketika pagi itu.
pukul 08.00 pendakian dimulai. semuanya merasa semangat dan siap untuk menuju puncak. seperti biasa, semuanya diawali dengan doa. dengan harapan, semuanya bisa kembali dengan selamat. awal perjalanan, saya merasa tidak begitu sulit. karena jalurnya masih melewati perkebunan warga setempat. beberapa waktu kemudian, memasuki perjalanan sesungguhnya yaitu masuk ke hutan gunung cikuray. dilihat secara sekilas. jalurnya sudah cukup bagus dan tidak terlalu menanjak di awalnya, lama-lama jalannya menanjak dan tidak mudah juga untuk saya lewati.
akhirnya, di dalam hutan kami semua terpencar. kami semua berjalan secara sendiri-sendiri, jarak satu orang dengan yang lainnya sekitar 5 menit. hal ini lah yang membuat saya berjuang dan membuat mental saya manjadi teruji. berjalan sembari berpikir, saya sadar menuju puncak cikuray membutuhkan perjuangan yang sangat besar. malahan, pendakian yang kami lakukan mempunyai resiko kematian.
awalnya saya mencoba membadingkan antara pendakian dengan kehidupan sesungguhnya. ternyata semuanya membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. bukanlah hidup apabila tidak dilengkapi oleh kedua hal tersebut yaitu perjuangan dan pengorbanan. sama halnya dengan orang-orang yang mencari cinta, perjuangan dan perngorbanan pun pasti dilakukan.
perjuangan yang saya alami di gunung cikuray tidaklah mudah, semuanya membutuhkan usaha keras dan mental baja, sekali saja mental kita jatuh atau pun runtuh. tak kan pernah sampai puncak. segala sesuatu yang indah dan menyenangkan dibayar dengan perjuangan yang tidak sedikit. namun hasil yang diperoleh, terkadang tidak sesuai dengan harapan.
sama halnya dengan pendakian cikuray. pendakian kali ini tidak sesuai dengan harapan. kami tidak dapat menyaksikan matahri terbenam dan matahari terbit. padahal, gunung cikuray memiliki sudut pandang yang indah untuk melihat kedua hal tersebut. saya merasa cukup menyesal juga, namun penyesalan itu dibarengi dengan renungan. agar semuanya tak tampak menjadi kesia-siaan belaka.
'ternyata beginilah kehidupan, tugas manusia untuk berjuang, berikhtiar, dan bertawakal. berkenaan dengan hasil serahkan segalanya kepada Allah. namun setiap perjuangan tidak bisa dilakukan dengan individu semata. semuanya harus dilakukan secara bersama-sama. agar hasilnya pun dapat dinikmati dengan bersama-sama, dan hal tersebutlah yang membuat hidup menjadi lebih indah' -Hilman Nuha-
ada hal yang paling membuat gunung tersebut menjadi sangat beda dengan gunung lainnya. yaitu di puncak gunung terdapat bangunan sekita 2x2 yang berbahan baku semen semua. bila dipikir lebih dalam lagi, apakah di gunung ada toko bangunan yang siap antar kapan saja, tentu saja tidak! apakah di gunung ada tukang bangunan yang siap, tentu saja tidak! sampai sekarang saya tidak tahu siapa, untuk apa bangunan tersebut didirkan di puncak gunung cikuray. yang pasti, sungguh luar biasa bagi mereka yang bisa membangun bangunan di puncak gunung cikuray. luar biasa.

Monday, November 21, 2011

nasihat manglayang

      menjelang pergantian tahun baru 2010, saya bersama rekan-rekan sejawat merencanakan untuk mendaki salah satu gunung di Bandung yaitu gunung Manglayang. kami memang bukan pecinta alam, namun secara teoretik kami adalah pendaki sipil, mendaki hanya sekedar hobi semata.
       dengan perencanaan yang matang, akhirnya kami pun siap untuk mendaki gunung tersebut. kami berjumlah enam orang yaitu Hilman, Ryan, fauzan, kukuh, izzudin, dan a hendri. seperti kita ketahui, bulan desember dan januari merupakan musim penghujan. dimana curah hujan cukup tinggi.
      saya sendiri pun senantiasa menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk pendakian, baik berupa fisik, mental, dan peralatan yang ketika itu apa adanya. namun, pendakian ketika itu merupakan pendakian ternekat yang pernah saya lakukan. ketika itu, merupakan masa tenang di perkuliahan karena menjelang pelaksanaan Ujian Akhir Semester 1. seharusnya sih, selaku mahasiswa baru yang akan menghadapi Ujian Akhir Semester mempersiapkan diri dengan belajar yang rajin.
       sehari sebelum keberangkatan, saya mencoba memberanikan diri untuk meminta izin kepada orang tua. ternyata orang tua tidak mengijinkan saya untuk melakukan pendakian. memang, pendakian-pendakian sebelumnya yang saya lakukan pun, orang tua tidak pernah mengijinkannya. dengan alasan, 'ngapain kamu naik gunung, cuman mempersusah diri aja'. sekalipun tidak diberikan izin, saya selalu memaksa untuk diizinkan oleh orang tua. tentu saja, saya tidak berani melakukan pendakian tanpa izin dan restu orang tua.
     pendakian ke manglayang ini, orang tua saya benar-benar tidak mengijinkan saya. saya mencoba memaksa berkali-kali, tetap saja jawabannya tidak. orang tua saya mengatakan 'sekarang ini sedang musim penghujan, dan kamu tu akan melaksanakan ujian akhir semester. dari pada naik gunung mending di rumah aja. enak di rumah tu, enggak akan kedinginan dan makan pun enggak akan susah. pokoknya jangan naik gunung'. saya tetap memaksa untuk melakukan pendakian, enggak mungkin juga saya membatalkan pendakian karena saya sudah mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk pendakian, ketika itu saya sedang jomblo juga, dan ingin merasakan momen tahun buru di puncak gunung.
       akhirnya pendakian pun kami lakukan. 
      kami mengambil rute awal dari persimpangan sumedang, bandung, cileunyi. saat itu, cuaca nya memang kurang bagus. awan mendung dan angin cukup besar. feel saya mengatakan, tidak akan lama lagi hujan kan turun. ternyata benar, hujan turun dengan deras. memang perjalanan awal tidak terlalu lama, ada sekitar satu jam lebih.
       sesampainya di camp pertama, kondisi disitu sangat gelap, karena memang intensitas pohon disana cukup rapat, lebat, dan tinggi-tinggi. daerahnya cukup dingin, fasilitas air cukup baik, terdapat wc dan mushala. jangan aneh y. karena emang daerahnya sudah menjadi objek legal camping.
      keesokan harinya, kita siap untuk berangkat menuju puncak. tentu saja sebelum pendakian kita sarapan terlebih dahulu dan mempersiapkan air sebanyak-banyaknya. rute yang ditempuh menuju puncak, tidak terlihat baik. sehingga pendakian hanya mengandalkan insting semata. intinya kalo misalkan jalannya turun, berarti tersesat, tapi kalo jalannya menanjak dan menuju puncak, itu jalan yang benar. sekalipun jalanan itu harus menginjak kebun orang dan jalanan itu tidak biasa dilewati orang-orang.
       pukul 13:00, sampai di puncak bayangan manglayang. disitu terdapat dua kuburan yang tidak tertulis nama. kami mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan, karena emang sedang turun hujan. akhirnya, kita membuka satu tenda untuk berteduh dan berdiam di dalam tenda sekitar 1 jam lebih. terlalu beresiko untuk melanjutkan perjalanan ke puncak, dengan kondisi tanah yang licin, hanya memperbesar peluang untuk mati saja.
     pukul 14:00, hujan mulai mereda. karena tujuan awal adalah puncak, sehingga perjalanan pun kan dilanjutkan. terbersit penyesalan dalam hati, karena ketika itu saya sedang tidak dalam kondisi nyaman. hujan lebat, baju dan celana basah, belum shalat dzuhur, terus bau badan sih sudah pasti, belum makan, dan kotor-kotor karena terkena  lumpur. pokoknya sangat tidak nyaman.
        saya punya harapan, pendakian ini cepat berakhir. dan ketika sampai puncak, langsung turun ke camp. sesampainya di puncak, teman saya berpendapat untuk bermalam di puncak. suatu pendapat yang tidak bisa saya terima, karena memang, hujan cukup lebat, angin cukup besar, kondisi puncak yang sempit, kalo pun dipasang tenda, kanan dan kiri tenda merupakan jurang, kondisi semakin tidak memungkinkan untuk bermalam di puncak manglayang. belum lagi kondisi air yang mulai menipis. akhirnya saya pun berani untuk mengeluarkan pendapat bbahwa bermalam di puncak bukan merupakan pilihan yang baik.
       tapi, kebanyakan dari kami memilih untuk bermalam di puncak. sekalipun saya tidak setuju, tetap saja saya pasti akan bermalam di puncak, karena enggak mungkin juga saya turun sendirian. dengan hati terpaksa saya membantu rekan-rekan mendirikan tenda. di puncak kita tidak sendirian. banyak sekali pendaki yang bermalam di puncak. tidak tahu mengapa, pendaki lainnya memilih tempat yang tidak tertutupi pohon. yang pastinya, ada alasan tersendiri bagi mereka.
     tenda telah berdiri, namun hujan tak kunjung reda. kami semua hingga menjelang maghrib belum melaksanakan dua shalat wajib yaitu dzuhur dan isya. karena shalat itu wajib, kami semua melaksanakan shalat secara bergantian di dalam tenda. ada sebuah ide dari salah satu teman saya, bahwa kita harus 'nandean' air hujan dengan menggunakan panci dan piring yang kami punya. mungkin saja air hujan itu akan bermanfaat suatu saat nanti.
         setelah selesai shalat, saya berdiam diri di tenda. karena emang di luar masih hujan deras. kondisi dalam tenda pun basah, yang diakibatkan oleh kebocoran pada tenda. kondisi hati semakin tidak nyaman saja, seketika itu teringat nasihat orang tua saya yang mengemukakan alasannya untuk melarang saya melakukan pendakian. tapi, saya tetap bersi keras untuk melakukan pendakian. saya mulai bertanya dalam diri, apakah ini adalah bentuk peringatan dari Sang Maha Kuasa?, karena saya tidak menuruti nasihat orang tua. penyesalan dalam batin terus saya alami hingga malam hari. malahan, di dalam hati saya pernah membuat pernyataan seperti ini, 'ini adalah pendakian terakhir saya'.
      manglayang menasihati saya untuk mendapatkan restu orang tua terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian. kalo tidak, penyesalan dalam diri lah yang akan diterima ketika pendakian. terima kasih Allah yang senantiasa memberikan hikmah pada setiap hambanya yang beriman. Alhamdulillah.

Friday, November 4, 2011

Persiapan naik gunung

persiapan naik gunung, sangat penting dilakukan bagi para pendaki,
ataupun bagi siapapun yang ingin berpergian ke tempat-tempat cagar alam,
hutan, perkemahan, dll. namun kali ini, akan dipaparkan persiapan bagi
para pendaki.

persiapan yang dilakukan dibagi kedalam sub bagian, yaitu :
1. inti
   a. carrier (ransel berukuran 75-100 liter,sesuai kebutuhan)
   b. tas selendang
   c. sleeping bag
   d. ponco
   e. sepatu water proof
   f. sendal gunung
   g. rain cover bag
2. pakaian
   a. jaket tebal / jaket anti air
   b. kaos oblong
   c. celana pdl
   d. celana training
   e. pakaian dalam
   f. sweater
3. aksesoris
   a. syal
   b. kupluk
   c. sarung tangan
   d. kaos kaki
   e. senter
4. makanan
   a. beras secukupnya
   b. air secukupnya
   c. mie
   d. sereal
   e. minuman penghangat (jahe)
   f. penambah energi (coklat, kurma, gula merah/kawung)
   g. minuman penambah energi (suplemen, minuman bersereal)
5. alat makan
   a. piring
   b. gelas
   c. sendok
   d. garpuh
   e. pisau
6. obat-obatan
7. alat kelompok
   a. tenda
   b. amparan
   c. alat masak : katel, citel
   d. kompor gas kecil
   e. tabung gas kecil
   f. senjata (senapan angin/samurai/bedog)
   g. tali
   h. cempor dan minyak
8. tambahan
   a. alat shalat
   b. alat mandi
   c. lilin
bawalah peralatan sesuai dengan kebutuhan, dilarang membawa peralatan
yang kurang berguna