Friday, December 9, 2011

kehilangan ciremai 2

perjalanan pun kami lakukan dengan penuh percaya diri. dengan harapan, matahari terbenam dan matahari terbit bisa kami raih di atas puncak tertinggi di jawa barat. merupakan sebuah impian yang sudah lama kami nantikan untuk mendapatkan pesona puncak ciremai.
       banyak sekali pos yang kami lewati. dari kuburan kuda,dll. *sorry eung, ngaran-ngaranna poho deui. wkwkwk. setelah membaca tentang mitos gunung ciremai. ada mitos tentang lebah hitam yang selalu menemani setiap pendaki. dan saya menjadi salah satu orang yang ditemani terus dari awal pendakian hingga akhir pendakian. saya pikir, saya diganggu olehnya. namun, lebah adalah salah satu hewan yang dilindungi oleh Al-Quran (maksudnya hewan-hewan yang tidak diperbolehkan untuk dibunuh seenaknya). otomatis, ketika lebah itu mendekati saya, sikap saya hanya diam saja. *namun, yang masih membuat saya bingung hingga sekarang. mitos tentang lebah itu enggak jelas maksud dan maknanya.
       meter demi meter kami tempuh. rasa lelah pun semakin terasa, hawa dingin menusuk ubun-ubun kepala dan dampal kaki, tak terasa sudah waktu dzuhur. seharusnya jumatan yang kami lakukan, namun dengan kondisi dan syarat sah jumatan yang tidak kami penuhi *salah satunya bermukim maka kami pun melakukan shalat dzuhur berjamaah sembari mempersiapkan makan siang yang sudah dinantikan.
       perjalanan dan medan yang sangat luar biasa, menjadi tantangan bagi kami semua. sebenarnya medan yang kami tempuh itu ibarat masalah-masalah dalam kehidupan. biasanya, masalah pendaki-pendaki amatir adalah kelelahan di tengah jalan, yang membuat keyakinan dan kepercayaan dirinya menurun, sehingga membuat bersitan dalam hati 'saya enggak mungkin nyampe puncak nih'. padahal itu belum dia coba. apabila dikorelasikan dalam kehidupan, masalah itu harus kita jadikan sebuah tantangan, dan tangtangan merupakan sebuah kesempatan.
        sudah berjalan hampir seharian, puncak masih tak nampak, langit semakin senja, suhu udara semakin dingin, suara-suara hewan semakin terdengar, jarak jalan setiap orang semakin jauh, shalat ashar pun belum kami lakukan, perut semakin terasa lapar, akhirnya kami putuskan untuk berkemah. karena tidak memungkinkan juga untuk melanjutkan perjalanan malam hari. alasannya : pertama kita tidak tahu medan apa yang akan kami tempuh, kedua setelah dilihat sekilas batu-batu terjal merupakan medan selanjutnya, dan medan tersebut tidak bisa/sulit ditempuh pada malam hari, kalo pun ditempuh hanya beresiko bagi kami, ketiga kami belum shalat ashar, keempat kami semua lelah, dan kami butuh istirahat.
         jarak kami berkemah dengan puncak, adalah dua-tiga jam perjalanan. bukan karena jaraknya yang jauh, namun medan yang ditempuh sangat luar biasa. bebatuan besar menjadi tantangan tersendiri bagi kami, debu pasir yang mengahalangi pandangan dan pernafasan menghiasi perjalanan kami. ketika itu sedang musim kemarau, curah hujan rendah, sehingga jalan yang ditempuh pun tidak licin, dan tidak berair. kami berkemah pada lingkup tebing, untuk menghindari angin besar.
         malam hari yang sangat luar biasa, teman saya terkapar lemas tubuhnya, suhu tubuhnya meningkat, hidungnya berisik, tertidur di ujung tenda. alhamdulillah kondisi kesehatan saya baik, namun kaki saya tidak terasa, *bahasa sundanya baal, badan menggigil, tak kuasa menahan dingin, padahal ketika itu tidak turun hujan. mungkin, inilah kondisi suhu rendah dalam kondisi kering. luar biasa..
         keesokan harinya, adzan shubuh memang tidak terdengar, ciri-ciri fajar mulai nampak, bukan dengan terbitnya matahari. jam menjadi acuan shalat shubuh ketika itu, berwudhu menggunakan tisue jauh lebih baik daripada bertayamum menggunakan tanah. api unggun mulai dibuat, sebagai syarat kehangatan dan membakar sampah-sampah plastik. persiapan pendakian menuju puncak pun kami lakukan, dari mulai makan pagi, hingga membenahai tenda, ransel, dan diri.
         jam 08.00 menjadi waktu acuan kami, untuk berangkat menuju puncak. cuaca sangat baik, matahari tak tertutup awan, terik menyinari para pendaki. sebelumnya, banyak pendaki yang berangkat menuju puncak dari dini hari (03.00/04.00) *mungkin mereka ingin menyaksikan matahari terbit diatas puncak.
       pendakian dibagi atas dua team, team pendahulu dan team belakang. team pendahulu : saya dan izzudin, mengambil jalur yang biasa dilalui oleh para pendaki. team belakang, menggunakan jalur yang tidak biasa, jalur yang mereka tempuh sangat curam, terjal, bebatuan yang besar-besar, dan syarat akan resiko tinggi. team pendahulu pertama kali sampai di puncak, pertama kali yang saya katakan adalah 'Allahu Akbar', sungguh pemandangan yang luar biasa, seperti lautan awan yang mengitari puncak ciremai, terlihat kawah aktif ciremai yang sedang tertidur.
foto diatas puncak :
foto kawah :
tampak salah satu gunung di jawa tengah dari puncak ciremai :
       terdiam menikmati pemandangan, kekurangan air minum membuat kering tenggorokan, panas dan debu bercampur asa di puncak gunung ciremai, sembari menunggu team belakang. hati terasa kosong, kegembiraan, dan kepuasan tak terlalu membuat hati ini terisi. entah kenapa, hati ini merasa kehilangan. kehilangan sensasi puncak yang pernah dialami pada pendakian sebelumnya. dicoba digali dalam-dalam, 'ada apa ini?? mengapa hati saya tidak terlalu bahagia??'
       apakah kebahagiaan itu akan diraih dengan harta? apakah kebahagiaan akan diraih dengan tujuan yang berhasil kita capai? apakah kebahagiaan itu datang dari dalam diri sendiri? apakah kebahagiaan itu datang dari teman sejawat? ternyata TIDAK. kebahagiaan itu datang dari Allah, yang mengisi cahaya hati setiap hambanya. dan datang karena kemurnian, ketulusan, dan ketwakalan kepada Allah SWT. dalam istilah aa gym, disebut 'hati yang tenang (mutmainnatulqulub)'.
     wahai saudara ku, pelajarih gunung sebagai pelajaran kehidupan mu. tak perlu terburu-buru dalam mempelajari gunung. pelajarilah perlahan-lahan, suatu saat nanti, mental baja yang tak pernah putus asa, selalu optimis melihat masa depan, menjadikan kehidupan sebagai tantangan dan kesempatan. untuk meraih kesuksesan dunia akhirat.

No comments:

Post a Comment