Friday, November 25, 2011

pejuang cikuray

sudah lupa kapan saya berangkat ke cikuray, namun pastinya ada sebuah pengalaman unik yang pernah kami (Izzudin, Ryan Noer, Kukuh, Hilman Nuha) alami ketika dalam perjalanan. awal kumpul di depan rumah saya (Hilman Nuha), setiap perangkat yang dibawa semuanya dipastikan kembali. karena tidak mau ada barang penting yang tidak kami bawa. kami semua berangkat menggunakan sepeda motor menuju stasiun Cimahi, dari stasiun kereta Cimahi menggunakan KRD (Kereta R... D...,*pokoknya kelas ekonomi yang murah, tentang singkatannya saya juga kurang tau).
(photo di dalam kereta)

Sesampainya di stasiun terakhir dari KRD yaitu stasiun Cicalengka, kami melanjutkan perjalanan menuju terminal di Garut (kalo g salah terminal Guntur namanya tu). Perjalanan menuju terminal tersebut, kami tempuh menggunakan elf. Dan Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar, sampai di terminal Guntur sekitar pukul 11.00 WIB, karena hari tersebut adalah hari jumat, sehingga kami mempersiapkan diri untuk melaksanakan shalat jum’at di mesjid setempat.
Matahari yang terik, suasana terminal yang gaduh kan lalu lalang kendaraan, suara calo yang terkadang membuat kesal, membuat kami semua lelah dan lapar. Memang perjalanan yang kami lakukan tidak terlalu banyak mengeluarkan energi, namun kondisi elf yang menggila dengan kemudinya, belum lagi muatan penumpang yang melebihi batas normal, melewati jalan yang tidak biasanya, jauh lebih berkelok-kelok dan jalannya jelek, mampu membuat kami berpikir dua kali untuk menaiki kendaraan tersebut.
Waktu menuju shalat jumat, masih 30 menit lagi. Cukup bagi kami untuk mengisi perut terlebih dahulu, sebelum melakukan pendakian. Sebagian dari kami membawa bekal makan siang, dan sebagian lainnya tidak membawa bakal makan siang. Enggak mungkin juga yang enggak bawa mau minta ke yang bawa atau enggak makan juga, otomatis yang enggak bawa bekal memutuskan untuk mencari warung makan setempat yang terlihat murah namun sesuai selera. Ternyata, pembelian makanan di warung tersebut berpengaruh terhadap kehidupan kami.
Jam 12.45 seusai shalat jumat dan persiapan pendakian, perjalanan dilanjutkan menggunakan angkot untuk menuju patrol cikuray. Kami tidak memperdebatkan masalah angkot yang akan kami gunakan, karena emang diantara kami semua tidak tahu banyak angkot apa yang akan kami gunakan. kalo kalian biasa berada di terminal, pasti kalian kenal yang namanya calo. saya ingatkan sekarang, jangan pernah percaya dengan calo, selain akan musyrik juga mereka itu terkadang tidak mementingkan calon penumpang, yang mereka pikirkan adalah bagaimana caranya saya punya banyak uang.
sebuah kejadian yang tidak akan pernah kami semua lupakan, sebuah kejadian yang memiliki akibat sangat luar biasa di hari-hari berikutnya. semuanya berawal dari angkot yang berwarna kuning, dengan supir labil (karena masih muda, lebih muda dari kami semua kayaknya tuh), dan calo-calo yang berisik banget. kami dengan santai dan enjoy, menaiki kendaraan tersebut, sanking santainya kami pun mengambil photo di dalam angkot, salah satu photonya :
 seperti biasa, ketika berada di dalam angkot, yaitu mengobrol dan bercanda tawa riang. kami semua tidak sadar kalau kami semua ternyata menggunakan angkot yang salah. walaupun kami semua menggunakan angkot yang salah. kalo g salah angkot tersebut menuju ke cikajang, padahal kita tu bukan mau ke cikajang.
perjalanan panjang yang kami tempuh di dalam angkot, sungguh sangat menyita waktu kami semua, selain menyita waktu, juga menyita uang dan tenaga. kejadian tersebut membuat kami rugi sekitar lebih dari 40.000. sekitar sore hari, kami sampai patrol, adri patrol menuju pemancar ditempuh sekitar 1-2 jam, tergantung jalan yang kita gunakan.
perjalanan dan pendakian sebenarnya tidak terjadi sore itu, namun semuanya berawal di keesokan harinya. saya merasa pendakian kali ini, pendakian yang harus memiliki hikmah. jika pendakian kali ini tidak mendapatkan hikmah dan pembelajaran, maka saya termasuk orang-orang yang merugi.
seperti biasa, malamnya kami mendirikan tenda di daerah pemancar. karena keesokan harinya kami semua akan melakukan pendakian menuju puncak cikuray. satu hal yang membedakan gunung cikuray dengan gunung-gunung lainnya, yaitu gunung cikuray adalah satu-satunya gunung yang tidak ada pernjagaannya. padahal gunung cikuray merupakan gunung tertinggi di daerah Garut. sehingga, apabila anda atau para pendaki lainnya tersesat ataupun hilang di dalam hutan, sudah dapat dipastikan tidak akan ada orang yang mencari anda.
keesokan harinya, cuaca tidak terlampau dingin dan tidak terjadi hujan juga. namun cuaca cukup bagus ketika pagi itu.
pukul 08.00 pendakian dimulai. semuanya merasa semangat dan siap untuk menuju puncak. seperti biasa, semuanya diawali dengan doa. dengan harapan, semuanya bisa kembali dengan selamat. awal perjalanan, saya merasa tidak begitu sulit. karena jalurnya masih melewati perkebunan warga setempat. beberapa waktu kemudian, memasuki perjalanan sesungguhnya yaitu masuk ke hutan gunung cikuray. dilihat secara sekilas. jalurnya sudah cukup bagus dan tidak terlalu menanjak di awalnya, lama-lama jalannya menanjak dan tidak mudah juga untuk saya lewati.
akhirnya, di dalam hutan kami semua terpencar. kami semua berjalan secara sendiri-sendiri, jarak satu orang dengan yang lainnya sekitar 5 menit. hal ini lah yang membuat saya berjuang dan membuat mental saya manjadi teruji. berjalan sembari berpikir, saya sadar menuju puncak cikuray membutuhkan perjuangan yang sangat besar. malahan, pendakian yang kami lakukan mempunyai resiko kematian.
awalnya saya mencoba membadingkan antara pendakian dengan kehidupan sesungguhnya. ternyata semuanya membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. bukanlah hidup apabila tidak dilengkapi oleh kedua hal tersebut yaitu perjuangan dan pengorbanan. sama halnya dengan orang-orang yang mencari cinta, perjuangan dan perngorbanan pun pasti dilakukan.
perjuangan yang saya alami di gunung cikuray tidaklah mudah, semuanya membutuhkan usaha keras dan mental baja, sekali saja mental kita jatuh atau pun runtuh. tak kan pernah sampai puncak. segala sesuatu yang indah dan menyenangkan dibayar dengan perjuangan yang tidak sedikit. namun hasil yang diperoleh, terkadang tidak sesuai dengan harapan.
sama halnya dengan pendakian cikuray. pendakian kali ini tidak sesuai dengan harapan. kami tidak dapat menyaksikan matahri terbenam dan matahari terbit. padahal, gunung cikuray memiliki sudut pandang yang indah untuk melihat kedua hal tersebut. saya merasa cukup menyesal juga, namun penyesalan itu dibarengi dengan renungan. agar semuanya tak tampak menjadi kesia-siaan belaka.
'ternyata beginilah kehidupan, tugas manusia untuk berjuang, berikhtiar, dan bertawakal. berkenaan dengan hasil serahkan segalanya kepada Allah. namun setiap perjuangan tidak bisa dilakukan dengan individu semata. semuanya harus dilakukan secara bersama-sama. agar hasilnya pun dapat dinikmati dengan bersama-sama, dan hal tersebutlah yang membuat hidup menjadi lebih indah' -Hilman Nuha-
ada hal yang paling membuat gunung tersebut menjadi sangat beda dengan gunung lainnya. yaitu di puncak gunung terdapat bangunan sekita 2x2 yang berbahan baku semen semua. bila dipikir lebih dalam lagi, apakah di gunung ada toko bangunan yang siap antar kapan saja, tentu saja tidak! apakah di gunung ada tukang bangunan yang siap, tentu saja tidak! sampai sekarang saya tidak tahu siapa, untuk apa bangunan tersebut didirkan di puncak gunung cikuray. yang pasti, sungguh luar biasa bagi mereka yang bisa membangun bangunan di puncak gunung cikuray. luar biasa.

No comments:

Post a Comment