Manakah yang harus didahulukan
antara Cinta dan Cita-Cita?
Semuanya mengharapkan
yang terbaik dalam kehidupan, menginginkan menjadi seseorang yang berguna,
mempunyai sebuah visi dan misi yang telah di inventarisir dengan serelevan
mungkin dengan entity diri. Tak dilupakan adanya sebuah anugrah yang telah
dimiliki dan sudah ditebar benih sebelum genap menjadi segumpal daging, tanpa
adanya penyeselan, yang ada kebahagiaan. Satu kata akhir menjadi incaran bagi
jiwa agar tetap calm down, yaitu
bahagia.
Jalan terbentang
luas, hanya cinta yang menentukan jalan bagi individu yang menjalaninya dengan enjoy. Suatu sistematika yang luar
biasa, telah didesain sedemikan rupa agar tetap mencari kunci yang hilang pada
gelapnya malam. Tak berarti mampu memandang, butuh waktu untuk adaptasi.
Sejatinya
antonim akan tetap ada. Bukan menjadikan diri pantomim, yang tak mampu
mencurahkan naluri. Tatkala seperti air yang mengalir, hanya akan membuat buih
yang tersapu angin dan lenyap tak membekas. Pentingnya cita-cita yang sudah
menjadi keinginan bagi individu sejak menginjak pre-school untuk menjadi pilot
dan dokter sedemikian sehingga memanipulasi kehidupan pada samak 2 × 2, ayah
pulang kerja ibu menunggu di rumah sudah menjadi pendidikan terpadu.
Melirik diantara
tujuh pintu, membuat diri move-out. Dengan freelance tak mengubah paradigma
calon mertua, maybe. Keep moving forward adalah kunci sabar dalam menghadapi
hutan rimba. Merasakan hidup di kota seperti di hutan, bermalam di hutan
layaknya suasana malam kota. Bukan berarti adanya free yang tak terbatas, namun
tak hinggn dalam memandang seakan tactic cerdik dari manager atau mungkin
refleksi diri.
Ketidakjelasan dalam
empat paragraf, penulis mencoba menggabungkan dari dua bahasa yang berbeda
tanpa memperhatikan tata baku dalam penulisan. Sehingga menjadi empat paragraf
yang tidak ada daya guna dan manfaat bagi pembaca dan penulis, agar manfaat
mari menjawab perntanyaan sebelumnya?
Cinta
adalah dasar bagi seorang individu dalam realita kehidupannya. Mengapa ku rela
dan mau mengunjungi sang kekasih sekalipun berada di tempat yang jauh? Cinta. Mengapa
ku rela menyisihkan uang jajan di awal bulan untuk pertengahan bulan atau akhir
bulan? Cinta. Mengapa ku sanggup membuka tabungan yang selalu diisi tiap
harinya untuk resepsi pernikahan? Cinta. Mengapa ku tahan rasa lapar agar bisa
makan berdua di resto ternama? Cinta. Mengapa ku ganti oktan 92 yang harum menjadi
oktan 86 yang harum pada motor ku? Cinta. Mengapa ku pergi facial tiap
minggunya mengunjungi dokter spesialis dan mendadak menjadi pakar kulit yang
tak punya ilmu pengetahuan? Cinta. Apakah seperti ini Cinta?
Belum
ada pendefinisian mengenai cinta, karena sulit untuk diungkapkan melalui
kata-kata, dideskripsikan dengan tulisan, namun tertanam dalam setiap diri. Ada
sesuatu hal yang memang telah dinyatakan : bahwa sesuatu yang tertanam tersebut
telah ada sebelum yang sebenarnya berada pada ketidakberadaan. Sekalipun sesuatu
tersebut belum menjadi suatu kajian yang komprehensif, namun sesuatu tersebut
memiliki korelasi yang baik dengan keberadaan.
Asumsi
awal sesuatu sama dengan cinta. Cinta akan muncul dari diri yang sebenarnya. Identitas
diri bisa bermulai dengan cinta dan bisa dibangun dengan cinta. Tak ada kata
terlambat dalam memulai dan membangun, selagi berjalan bersamaan dengan
cita-cita. Untuk memulai bukan merupakan hal yang mudah. Apalagi memulai untuk
mengembalikan tulang rusuk bagi pria dan kembalinya tulang rusuk bagi wanita,
memadukan dua dasar yang berbeda harus ada satu kesamaan agar pria dan wanita bersatu, yaitu cita-cita. Cita-cita
memiliki anak yang baik dan benar, cita-cita memiliki rumah idaman, cita-cita
memiliki tunjangan akhir tua, cita-cita memiliki cucu yang baik dan benar yang
kelak akan meneruskan urusan keluarganya.
Cita-cita
menjadi penentuan dalam memandang segala aspek kehidupan. Seperti kaca mata
bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat. Cita-cita mesti digantungkan
setinggi langit, itulah opini publik yang ada saat ini. Maksudnya cita-cita
harus terus dikejar, diraih, direalisasikan dengan penuh upaya dan kinerja yang
baik dengan tujuan tercapainya cita-cita. Sesuai dengan contoh yang ada,
cita-cita insan sama dengan yang dicintainya. Sedemikian sehingga cita-cita
sama dengan cinta, dan cita-cita sama dengan sesuatu.
Cita-cita sama dengan cinta. Penentuan segala harapan dan keinginan
dengan dilandasi rasa suka dan dilaksanakan dengan sepenuh hati akan
menghasilkan kebahagiaan yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment