Wednesday, May 22, 2013

2 C

Manakah yang harus didahulukan antara Cinta dan Cita-Cita?
Semuanya mengharapkan yang terbaik dalam kehidupan, menginginkan menjadi seseorang yang berguna, mempunyai sebuah visi dan misi yang telah di inventarisir dengan serelevan mungkin dengan entity diri. Tak dilupakan adanya sebuah anugrah yang telah dimiliki dan sudah ditebar benih sebelum genap menjadi segumpal daging, tanpa adanya penyeselan, yang ada kebahagiaan. Satu kata akhir menjadi incaran bagi jiwa agar tetap calm down, yaitu bahagia.
Jalan terbentang luas, hanya cinta yang menentukan jalan bagi individu yang menjalaninya dengan enjoy. Suatu sistematika yang luar biasa, telah didesain sedemikan rupa agar tetap mencari kunci yang hilang pada gelapnya malam. Tak berarti mampu memandang, butuh waktu untuk adaptasi.
Sejatinya antonim akan tetap ada. Bukan menjadikan diri pantomim, yang tak mampu mencurahkan naluri. Tatkala seperti air yang mengalir, hanya akan membuat buih yang tersapu angin dan lenyap tak membekas. Pentingnya cita-cita yang sudah menjadi keinginan bagi individu sejak menginjak pre-school untuk menjadi pilot dan dokter sedemikian sehingga memanipulasi kehidupan pada samak 2 × 2, ayah pulang kerja ibu menunggu di rumah sudah menjadi pendidikan terpadu.
Melirik diantara tujuh pintu, membuat diri move-out. Dengan freelance tak mengubah paradigma calon mertua, maybe. Keep moving forward adalah kunci sabar dalam menghadapi hutan rimba. Merasakan hidup di kota seperti di hutan, bermalam di hutan layaknya suasana malam kota. Bukan berarti adanya free yang tak terbatas, namun tak hinggn dalam memandang seakan tactic cerdik dari manager atau mungkin refleksi diri.
Ketidakjelasan dalam empat paragraf, penulis mencoba menggabungkan dari dua bahasa yang berbeda tanpa memperhatikan tata baku dalam penulisan. Sehingga menjadi empat paragraf yang tidak ada daya guna dan manfaat bagi pembaca dan penulis, agar manfaat mari menjawab perntanyaan sebelumnya?
            Cinta adalah dasar bagi seorang individu dalam realita kehidupannya. Mengapa ku rela dan mau mengunjungi sang kekasih sekalipun berada di tempat yang jauh? Cinta. Mengapa ku rela menyisihkan uang jajan di awal bulan untuk pertengahan bulan atau akhir bulan? Cinta. Mengapa ku sanggup membuka tabungan yang selalu diisi tiap harinya untuk resepsi pernikahan? Cinta. Mengapa ku tahan rasa lapar agar bisa makan berdua di resto ternama? Cinta. Mengapa ku ganti oktan 92 yang harum menjadi oktan 86 yang harum pada motor ku? Cinta. Mengapa ku pergi facial tiap minggunya mengunjungi dokter spesialis dan mendadak menjadi pakar kulit yang tak punya ilmu pengetahuan? Cinta. Apakah seperti ini Cinta?
            Belum ada pendefinisian mengenai cinta, karena sulit untuk diungkapkan melalui kata-kata, dideskripsikan dengan tulisan, namun tertanam dalam setiap diri. Ada sesuatu hal yang memang telah dinyatakan : bahwa sesuatu yang tertanam tersebut telah ada sebelum yang sebenarnya berada pada ketidakberadaan. Sekalipun sesuatu tersebut belum menjadi suatu kajian yang komprehensif, namun sesuatu tersebut memiliki korelasi yang baik dengan keberadaan.
            Asumsi awal sesuatu sama dengan cinta. Cinta akan muncul dari diri yang sebenarnya. Identitas diri bisa bermulai dengan cinta dan bisa dibangun dengan cinta. Tak ada kata terlambat dalam memulai dan membangun, selagi berjalan bersamaan dengan cita-cita. Untuk memulai bukan merupakan hal yang mudah. Apalagi memulai untuk mengembalikan tulang rusuk bagi pria dan kembalinya tulang rusuk bagi wanita, memadukan dua dasar yang berbeda harus ada satu kesamaan agar  pria dan wanita bersatu, yaitu cita-cita. Cita-cita memiliki anak yang baik dan benar, cita-cita memiliki rumah idaman, cita-cita memiliki tunjangan akhir tua, cita-cita memiliki cucu yang baik dan benar yang kelak akan meneruskan urusan keluarganya.
            Cita-cita menjadi penentuan dalam memandang segala aspek kehidupan. Seperti kaca mata bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat. Cita-cita mesti digantungkan setinggi langit, itulah opini publik yang ada saat ini. Maksudnya cita-cita harus terus dikejar, diraih, direalisasikan dengan penuh upaya dan kinerja yang baik dengan tujuan tercapainya cita-cita. Sesuai dengan contoh yang ada, cita-cita insan sama dengan yang dicintainya. Sedemikian sehingga cita-cita sama dengan cinta, dan cita-cita sama dengan sesuatu.

Cita-cita sama dengan cinta. Penentuan segala harapan dan keinginan dengan dilandasi rasa suka dan dilaksanakan dengan sepenuh hati akan menghasilkan kebahagiaan yang luar biasa.

No comments:

Post a Comment